Di Indonesia, para orang tua biasa mengajarkan anak untuk ikut berpuasa Ramadan bersama mereka.
Mulai dari bangun sahur hingga waktu berbuka, anak dilibatkan sedari dini agar cepat terbiasa dengan kewajiban yang kelak akan ditanggungnya. Berbeda kultur dengan negara-negara lain dimana anak-anak mereka tidak ditekankan untuk belajar sedini mungkin terkait puasa karena belum baligh. Keduanya tetap benar di dalam Islam karena pada dasarnya anak yang belum baligh memang tidak memiliki kewajiban apapun dalam beribadah.
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa anak memang belum punya kewajiban untuk mengerjakan puasa ramadan. "Ada tiga golongan yang apabila berbuat maksiat tidak dihukumi dosa, dan apabila mengerjakan kebaikan pun tidak mendatangkan pahala untuknya. Pertama, orang yang sedang tidur sampai dia bangkit. Kedua, orang yang kena penyakit jiwa. Ketiga, anak kecil sampai dia baligh.
Tradisi di Indonesia ini baik untuk dilakukan kepada anak karena melatih mengerjakan kewajiban agar kelak ketika sudah datang waktunya baligh maka anak tersebut akan lebih mudah mengerjakan kewajibannya karena sudah terbiasa. Anak yang dibiasakan ikut berpuasa Ramadan meskipun tidak mendapatkan pahala bagi dirinya, namun tetap mendatangkan pahala bagi orang tuanya.
"Dalam hadits Muslim ada kalimat Nabi (Muhammad) begini, siapa yang bisa mengarahkan, mendidik, menunjukkan kepada kebaikan, dia akan mendapatkan pahala sama dengan yang mengerjakan tanpa dikurangi sedikit pun," lanjutnya. Orang tua yang mengajarkan anak bagaimana puasa Ramadan dengan segala tata cara, dan fiqih di baliknya, maka orang tua tersebut tetap dapat pahala orang yang berpuasa, meskipun anaknya belum baligh.
Jika anak belum baligh, bagaimana perhitungan pahala yang di dapatkan oleh orang tua tersebut? "Berapa jumlah pahalanya? Quran surah ke-6 ayat 160, siapa yang mengerjakan satu kebaikan dapat sepuluh. Sepuluh itu berapa? Hadits Muslim lagi, satu ke duanya 500 tahun. Dua ke tiganya 500 tahun. Tiga ke empatnya 500 tahun."
Besaran pahala inilah yang akan didapatkan oleh orang tua yang mengajarkan anak ikut berpuasa ramadan meskipun anak belum baligh. Namun, orang tua harus ingat dasarnya bahwa anak tersebut belum punya kewajiban untuk mengerjakan puasa Ramadan. Maka dari itu orang tua tidak juga memaksa anak untuk ikut semua aturan yang berlaku bagi mereka yang sudah baligh.
Metode yang banyak dipakai di Indonesia adalah dengan mengajarkan anak berpuasa setegah hari. Dimulai dari sahur hingga pukul 12 siang. Hal ini menimbulkan perbedaan oendapat di masyarakat. Ada sebagian orang yang beranggapan baik dengan melakukan puasa setengah hari, ada juga yang berpendapat jika tidak puasa penuh sama saja dengan tidak berpuasa.
Anggapan yang pertama lebih umum di kalangan masyarakat Indonesia karena pada dasarnya anak tidak dibebankan kewajibannya sampai dia baligh. Oleh karena itu segala metode yang diterapkan orang tua agar anak tersebut terbiasa untuk berpuasa dianggap sah dan benar.
Anak juga belum memiliki kemampuan seperti orang dewasa dalam menahan lapar, haus, dan berpikir tentang pahala dosa. Semua ini masih dalam tahap berlatih agar Si Kecil lekas terbiasa dengan kebiasaan menjalankan kewajibannya dalam Islam kelak. Segala bentuk paksaan pada anak, termasuk paksaan untuk beribadah padahal belum wajib melakukannya, anak membawa trauma pada anak yang malah tidak memberikan dampak positif kedepannya.
Anak jadi tidak menyukai kewajiban yang harus dia lakukan karena dalam proses belajarnya dipaksa oleh orang tuanya. Sesuaikan kemampuan anak dalam membiasakan menjalankan ibadah agar kelak anak mencintai ibadah tersebut ketika sudah waktunya tiba untuk benar-benar wajib menjalankannya saat baligh.
Mengajarkan Anak Berpuasa Ramadan Akan Membawa Kebaikan Untuk Orang Tua Meskipun Anak Belum Baligh
ilyaswinata | 2025-03-07


